My Ping in TotalPing.com

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ ٬ اسَّلآمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

AHLAN WA SAHLAN

Selamat berkunjung; Selamat mengikuti dakwah guna meningkatkan aqidah dan syariah sebagai penambah bekal Pulang ke Kampung Akhirat. Mulai diluncurkan 18 Pebruari 2011, Insya Allah, diposting sampai menjelang akhir hayat.

وَسَّلَا مُ عَلَيكُمْ وَرَهْمَةُ اللهِ وَبَرَ كَا تُهُ

Salam Hormatku dan Keluarga

situs aqidah syariah ini : http://aslam3.blogspot.com klik situs fiqh sunah : http://aslam5.blogspot.com

Tuesday 8 March 2011

007. SIFAT NYA

DIA mempunyai sifat yang melebihi sifat semua makhluk Nya, semua sebutan sifat Nya diawali dengan sifat Maha

Meski langit berhiaskan mendung, para taklim sudah duduk melingkar di serambi masjid; lalu Bahjedun menyatu, duduk bersila di deretan depan; lalu membuka tausiah diiringi ucapan salam; terdengar lirih ucapan balasan dari para jemaah, hampir serentak.
“Jemaah taklim yang Insya Allah selalu ditambahkan barokah Nya”; begitu Bahjedun membuka tausiahnya; “Pada tausiah yang lalu, sudah kita bahas, sesungguhnya Allah س; adalah Dzat Maha Esa tiada penyerupaan bagi Nya, tiada tandingan bagi Nya, tiada sekutu bagi Nya; Dia memiliki nama-nama yang mencerminkan sifat-sifat Nya, antara lain difirmankan dalam QS Al Isra’ (17):110,
قُلِ ادْعُواْ اللّهَ أَوِ ادْعُواْ الرَّحْمَـنَ أَيّاً مَّا تَدْعُواْ فَلَهُ الأَسْمَاء الْحُسْنَى وَلاَ تَجْهَرْ بِصَلاَتِكَ وَلاَ تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلاً ﴿١١٠﴾
Makna ayat ini antara lain, Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar Rakhman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaul khusna (nama-nama yang terbaik) …dst ". Dalam ayat ini ditegaskan, sesungguhnya Dia, Allah س satu-satunya Dzat yang memiliki Nama-nama Terbaik; dalam keseharian, kita menyebut Asmaul Khusna sebagaimana dilafadzkan pada ayat tadi. Salah satu nama Nya disebut dalam ayat ini, adalah Ar Rakhman atau Yang Maha Penyayang”; Bahjedun melihat kesekeliling, seolah hendak menatap kecerahan wajah para taklim. Disela-sela hembusan angin dingin yang merasuk ke serambi masjid, terlihat seorang taklim mengacungkan tangannya; Bahjedun menatapnya, bukan penanya pada tausiah yang lalu; kemudian disilahkan.
“Pak Ustadz; dalam ayat tadi disebutkan,  Allah س memiliki sifat Maha Penyayang; tetapi dalam Al Quran juga banyak disebutkan, siksa Allah س sangat pedih. Apakah siksa pedih ini tidak bertentangan dengan sifat Maha Penyayang?”; begitu tanyanya. Bahjedun segera membuka buku catatannya, lalu dikatakan, “Dalam Asmaul Khusna, ada sifat Maha Penyayang (الرَّحِيمِ) dan Maha Pemaaf (العَفُوّاً); kedua sifat ini dapat saling menunjang. Artinya, karena Allah س bersifat Maha Penyayang maka Dia bisa memberi maaf kepada manusia yang meminta maaf. Tetapi Allah س juga memiliki sifat Maha Penyiksa (المُنتَقِمُ) dan Maha Pemberi Derita (الضُرّ); kedua sifat ini juga dapat dijadikan cerminan saling menunjang. Bila keempat sifat itu diperhadapkan  antara sifat Maha Penyayang ditambah Maha Pemaaf, dengan sifat Maha Penyiksa ditambah Maha Pemberi Derita, maka sesungguhnya Dia memiliki sifat Maha Adil. Kenapa terjadi seperti in?; sesungguhnya para Nabi/Rasul sejak Nabi Adam ع sampai dengan Nabi Muhammad Rasulullah ص sebagai Penutup Para Nabi/Rasul, memiliki tugas menyampaikan firman-firman Nya. Firman-firman Allah س kepada Nabi Muhammad Rasulullah ص dibukukan menjadi Al Quran; salah satu pokok isinya adalah adanya kewajiban dan larangan Nya agar selamat dalam kehidupan duniawi dan ukhrawi, disertai janji-janji Nya kepada manusia yang taat dan yang ingkar. Selain memedomani Al Quran, Nabi Muhammad Rasulullah ص memberi tuntunan untuk menjalani kehidupan sehari-hari, yang dibukukan menjadi Al Hadis. Kedua Kitab ini wajib dijadikan pedoman manusia dalam menjalani kehidupan duniawi sebagai bekal menempuh kehidupan kekal ukhrawi di kelak kemudian hari”; ketika Bahjedun berhenti, terlihat seorang ibu muda mengacungkan tangan; belum lagi disilahkan, ia langsung bertanya, “Pak Ustadz; saya pernah mendapat bimbingan dari Ustadz, untuk mewiridkan الرَّزَّاقُ; saya mewiridkannya seribu kali setiap malam Jumat. Katanya, ekonomi saya bisa terangkat jika mewiridkan; sekarang ini, saya tidak lakukan lagi, karena tetap kembang-kempis. Dari pada untuk mbayar Ustadz itu, mendingan untuk modal jualan, walau kecil-kecilan”; terdengar suara gumaman lirih diantara taklim; disana-sini terlihat taklim tersenyum geli, karena pertanyaan itu disampaikan dengan penuh emosi.
Dengan wajah sangat serius, Bahjedun menatap ibu muda itu, lalu dikatakannya, “Sifat itu termasuk salah satu dari Asmaul Khusna, yang artinya Maha Pemberi Rizki; artinya, kita harus meyakini, Dia saja Yang Maha Memberi Rizki; rizki bukan diberi oleh makam ini, makam itu, dewi ini, dewi itu, mbah ini mbah itu atau air cucian keris pusaka, yang dianggap memberi kemurahan rizki. Jika mewiridkan seperti itu, maka ada tiga kesalahan; pertama, tidak ditemukan satupun penegasan dalam Al Quran atau tuntunan Nabi Muhammad Rasulullah ص mewiridkan sesuatu lafadz dengan hitungan sampai seribu kali; dalam berbagai kesempatan, beliau berdoa dan berwirid dengan hitungan paling banyak seratus kali. Seperti pada tausiah yang lalu, telah dicontohkan, Nabi Muhammad Rasulullah ص beristighfar tiga kali sesudah shalat. Kesalahan kedua,  tidak ada hubungan antara mewiridkan sifat itu dengan pemberian rizki bagi yang mewiridkannya; jika ingin ditambahkan rizki, ya berdoa mohon ditambahkan rizki disertai ikhtiar. Sedangkan wirid dengan menyebut lafadz itu, ya menyebut saja sebagai satu pengakuan, bahwa Dia adalah Maha Pemberi Rizki; tetapi pewiridan itu tidak mengandung makna doa (doa artinya permintaan) untuk ditambahkan rizki. Lalu kesalahan ketiga, Penyebutan Asmaul Khusna bukan untuk doa, tetapi untuk memuji dan mengakui sifat-sifat Nya”; begitu Bahjedun menjelaskan; kekecewaam dan kekesalan membayang di wajah ibu itu; para taklimpun bergumam satu sama lain.
Sejam sudah berlalu; kemudian Bahjedun bergegas menutup tausiah malam ini, disertai ucapan hamdalah dan sedikit doa dan ucapan salam; para taklim pun menjawab lirih, sesudah itu bersegara bersiap pulang di kegelapan malam kelam.

No comments:

Post a Comment