My Ping in TotalPing.com

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ ٬ اسَّلآمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

AHLAN WA SAHLAN

Selamat berkunjung; Selamat mengikuti dakwah guna meningkatkan aqidah dan syariah sebagai penambah bekal Pulang ke Kampung Akhirat. Mulai diluncurkan 18 Pebruari 2011, Insya Allah, diposting sampai menjelang akhir hayat.

وَسَّلَا مُ عَلَيكُمْ وَرَهْمَةُ اللهِ وَبَرَ كَا تُهُ

Salam Hormatku dan Keluarga

situs aqidah syariah ini : http://aslam3.blogspot.com klik situs fiqh sunah : http://aslam5.blogspot.com

Saturday 5 March 2011

006. METAFORIS

Dia memfirmankan Dzat Wujud Nya secara metaforis, misalnya Mata Tuhan, untuk melukiskan Dia Maha Melihat

Duyun-duyun warga  menuju ke  tempat tausiah, diiring rembulan yang lebih tebal dari segaris bulan sabit; seusai mereka siap mengikuti tausiah,  Bahjedun masuk dan bersila di deretan depan, lalu dilafadzkan pembukaan dan ucapan salam; para taklim menjawabnya.
“Para taklim yang Insya Allah selalu ditambahkan nikmat Nya”; begitu Bahjedun memulai tausiah; “Pada tausiah yang lalu, sudah kita bahas, Allah س adalah Dzat yang wujud; meski begitu wujud Nya tak terjangkau oleh nalar makhluk Nya; Dia Dzat yang memiliki wujud Yang Dzahir sekaligus memiliki wujud Yang Bathin”; berhenti sebentar karena salah seorang taklim bertanya, “Pak Ustadz, bagaimana memahami, Wujud Dzat Yang Dzahir dan Wujud Yang Bathin, terutama dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari?”. Atas pertanyaan ini, Bahjedun mengemukakan, “Marilah kita amati lampu yang menerangi tempat ini; tentunya semua taklim setuju, lampu itu bisa bersinar karena adanya listrik yang mengalirkan setrum. Menyala, adalah bukti adanya aliran setrum; lalu mari kita tanya kepada diri sendiri, siapa yang bisa melihat bagaimana bentuk setrum?’ tidak perlu menunggu jawaban, Bahjedun meneruskan, “Jadi, menyalanya lampu menjadi bukti adanya aliran setrum; begitu juga kalau kita menggunakan tèspèn; lampu tèspèn menyala jika kabel yang diperiksa, mengandung aliran setrum. Lalu mari kita kembali pada Dzat Nya; tidak bisa dibayangkan bagaimana wujud Nya; tetapi bisa dilihat bukti keberadaannya. Adanya bumi, langit, matahari, dsb, menjadi bukti keberadaan Nya, karena tidak mungkin terbentuknya benda-benda itu tanpa ada Penciptanya”; berhenti sejenak, lalu diteruskan, “Untuk membuktikan keberadaan Nya, harus melalui pengamatan atas hasil ciptaan Nya; sesungguhnya Dia adalah ada, dan Dia adalah Allah س. Kalau meyakini adanya setrum yang menghasilkan nyala lampu, maka menjadi keharusan bagi semua makhluk Nya untuk beriman, sesungguhnya adanya bumi, langit, matahari, bintang, gunung, dan masih banyak ciptaan lainnya, adalah hasil ciptaan Allah س. Dalam menjalani kehidupan duniawi, untuk meyakini keberadaan Allah س tidak harus melihat wujud Nya”; berhenti sejenak,.
Lalu dikatakan, “Untuk memasuki akal manusia, Allah س menggunakan istilah-istilah yang dikenal manusia; misalnya Kursi, Singgasana yang dalam bahasa Al Quran adalah Arsy; ini disebut sebagai bentuk penyebutan metaforis atau memberi bayangan akan keberadaan Nya; bukan dalam arti kejisiman atau wujud wadag, seperti kejisiman atau kewadan bentuk tubuh manusia dan makhluk lainnya. Pembayangan atas wujud atau penyebutan metaforis, banyak ditemukan dalam Al Quran; misalnya dalam QS Ali Imran (3):73, berisi firman Nya,
وَلاَ تُؤْمِنُواْ إِلاَّ لِمَن تَبِعَ دِينَكُمْ قُلْ إِنَّ الْهُدَى هُدَى اللّهِ أَن يُؤْتَى أَحَدٌ مِّثْلَ مَا أُوتِيتُمْ أَوْ يُحَآجُّوكُمْ عِندَ رَبِّكُمْ قُلْ إِنَّ الْفَضْلَ بِيَدِ اللّهِ يُؤْتِيهِ مَن يَشَاءُ وَاللّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ ﴿٧٣﴾
Makna ayat ini, antara lain, ….. Katakanlah: "Sesungguhnya karunia itu di Tangan Allah, …dst.  Yang dimaksud dengan Tangan dalam ayat ini, bukan seperti kejisiman tangan manusia, melainkan suatu metaforis untuk menunjukkan Dia saja yang Maha Memberi Karunia. Dalam kehidupan manusia, jika memberi menggunakan tangan, sehingga Allah س  memberi firman agar sesuai dengan cara berfikir manusia. Ayat yang berisi lafadz Tangan, juga terdapat QS Ali Imran (3):154, QS Al Fath (48):10, QS Al Hadid (57):29. Contoh penyebutan metaforis lainnya, dapat dicermati dalam QS Az Zumara (39):67, yang berisi firman Nya,
وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَالْأَرْضُ جَمِيعاً قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّماوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ ﴿٦٧﴾
Makna ayat ini, antara lain, …… padahal bumi seluruhnya dalam Genggaman Nya pada hari kiamat ….dst. Lafadz Genggaman dalam keseharian bisa dimaksudkan untuk memberi arti kekuasaan;  ayat ini memberi makna, segala yang terjadi di bumi pada Hari Kiamat semata-mata berada di bawah Kekuasaan Allah س. Bentuk metaforis lainnya, misalnya dalam QS Shad (38):63, yang berisi firman Nya,
أَتَّخَذْنَاهُمْ سِخْرِيّاً أَمْ زَاغَتْ عَنْهُمُ الْأَبْصَارُ ﴿٦٣﴾
Makna ayat ini, “Apakah Kami dahulu menjadikan mereka olok-olokan, ataukah karena Mata Kami tidak melihat mereka?"; penggunaan kata Mata, menunjukkan sesungguhnya Dia adalah Dzat Yang Maha Melihat. Lalu dalam QS Ar Rakhman (55):27, terdapat firman Nya,
وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ ﴿٢٧﴾
Dalam ayat ini ditegaskan, Dan tetap kekal Wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan; maksud Wajah, adalah Wujud Dzat Allah س yang memiliki sifat Maha Mendengar, Maha Melihat, Maha Merencanakan, sekalipun manusia tidak mampu memikirkan Keberadaan Nya dan tidak mampu melihat Wajah Nya”; Bahjedun berhenti bicara, direguknya sedikit kopi yang terhidang.
Sesaat kemudian diteruskan, “Para taklim yang Insya Allah selalu mendapat tambahan rahmat Nya. Penyebutan metaforis dalam ayat-ayat tadi, tidak bermakna Allah س memiliki Tangan, memiliki Mata, memiliki Wajah, melainkan mengkiaskan betapa Dia adalah Dzat yang Wujud dan memiliki sifat-sifat”; berhenti bicara, dilihatnya jam tangannya; lalu katanya, “Para taklim yang Insya Allah selalu dimudahkan rizki Nya. Sampailah kita pada akhir tausiah, marilah kita berharap semoga pada tausiah yang akan datang, Allah س  tetap menambahkan karunia sehat badan sehat rohani sehingga kita selalu tergerak untuk menimba Ilmu Nya”. Lalu Bahjedun menutup tausiah malam ini, disertai ucapan hamdalah, doa dan diakhiri ucapan salam; para taklim pun menjawab hampir bersamaan, sesudah itu bersegera pulang diiring dengan pembicaraan mengenai isi tausiah yang baru saja dilaluinya.

No comments:

Post a Comment