My Ping in TotalPing.com

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ ٬ اسَّلآمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

AHLAN WA SAHLAN

Selamat berkunjung; Selamat mengikuti dakwah guna meningkatkan aqidah dan syariah sebagai penambah bekal Pulang ke Kampung Akhirat. Mulai diluncurkan 18 Pebruari 2011, Insya Allah, diposting sampai menjelang akhir hayat.

وَسَّلَا مُ عَلَيكُمْ وَرَهْمَةُ اللهِ وَبَرَ كَا تُهُ

Salam Hormatku dan Keluarga

situs aqidah syariah ini : http://aslam3.blogspot.com klik situs fiqh sunah : http://aslam5.blogspot.com

Sunday 27 February 2011

004. SEBUTAN NYA

Dia, adalah Allah س, sering menyebut dirinya dengan sebutan Kami, tetapi bukan untuk merendahkan diri Nya

Angin semilir malam berhembus perlahan, membawa dingin yang seolah menusuk rusuk para taklim; setelah membetulkan silanya, Bahjedun membuka tausiah diring dengan salam; dari taklim terdengar lirih jawaban salam, hampir serentak. Kemudian Bahjedun mengemukakan, “Pada tausiah yang lalu ditanyakan mengenai penyebutan Allah س dengan sebutan Kami”; berhenti sejenak, lalu diteruskan, “Memang betul dalam firman Nya, beberapa kali Allah س membahasakan dengan sebutan Kami atau dalam Bahasa Al Quran adalah nahnu; jika diletakkan pada awal kata menjadi na yang dibaca pendek dan bila berada di akhir kata menjadi na yang dibaca panjang. Dalam penterjemahannya, selalu ditulis dengan huruf K (huruf k Capital atau k besar), baik di awal ayat atau di akhir ayat. Penyebutan ini bukan untuk perendahan diri, tetapi memberi makna segala sesuatu yang difirmankan itu merupakan ketetapan yang menyertakan obyek firman Nya atau melalui Malaikat utusan Nya; misalnya dalam QS Al Baqarah (2):2-3,
ذَلِكَ الْكِتَابُ لاَ رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ ﴿٢﴾ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ ﴿٣﴾
Makna ayat ini, (2) Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (3) (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka. Dalam ayat ini terdapat lafadz rizki yang Kami anugerahkan, maknanya, rizki yang diberikan kepada umat Nya bukan secara tiba-tiba datang dari langit atau muncul dari dalam tanah. Melainkan, penggunaan lafadz Kami, mengisyaratkan, setiap rizki harus diraih oleh si penerima dengan usaha. Ayam, mendapat makanannya setelah berpencar ke seantero tanah; begitu juga tanaman bisa mendapatkan pasokan air dengan cara memanjangkan akar-akarnya ke dalam tanah; begitu juga manusia, bisa meraih rizki jika berusaha.Contoh lain, terdapat dalam QS Al Baqarah (2):23 dengan firman Nya, yang artinya  Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. Penggunaan lafadz Kami dalam ayat ini menegaskan, Allah س  menurunkan wahyu kepada Nabi Muhammad Rasulullah ص  melalui Malaikat Jibril as, bukan dengan cara berdialog atau diberikan langsung; lalu dalam QS Al Mu’minun (23):18 terdapat firman Nya,
وَأَنزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً بِقَدَرٍ فَأَسْكَنَّاهُ فِي الْأَرْضِ وَإِنَّا عَلَى ذَهَابٍ بِهِ لَقَادِرُونَ ﴿١٨﴾
Arti ayat ini, Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkannya; makna lafadz Kami pada ayat ini, mengandung penegasan, Allah س tidak turun ke bumi untuk mengatur air, akan tetapi air itu berproses sesuai dengan سُنَّةُ اللَّهِ (sunnatullah artinya mengikuti ketentuan Nya). Terdapat penterjemahan kami yang ditulis dengan huruf k (huruf k Undercas atau k kecil), memberi makna perendahan diri Nabi/Rasul atau sesuatu golongan; misalnya dalam QS Al Fatikhah (1):5, Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan”;  nampak para taklim mengangguk-angguk.
Lalu diteruskan, “Dalam Al Quran telah dibukukan wahyu yang diturunkan secara langsung kapda Nabi/Rasul, yaitu wahyu yang disampaikan kepada Nabi/Rasul Musa ع. Dalam firman ini digunakan sebutan Aku yang dalam penterjemahannya selalu menggunakan huruf A Capital; antara lain firman Nya dalam QS Al A`raf (7):144,
قَالَ يَا مُوسَى إِنِّي اصْطَفَيْتُكَ عَلَى النَّاسِ بِرِسَالاَتِي وَبِكَلاَمِي فَخُذْ مَا آتَيْتُكَ وَكُن مِّنَ الشَّاكِرِينَ ﴿١٤٤﴾
Makna ayat ini, Allah berfirman: "Hai Musa sesungguhnya Aku memilih (melebihkan) kamu dari manusia yang lain (di masamu) untuk membawa risalah Ku dan untuk berbicara langsung dengan Ku, sebab itu berpegang teguhlah kepada apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur". Penggunaan sebutan Aku tersebut memberi penegasan bagi makhluk, bahwa Allah س  sebagai satu-satunya Dzat yang diakui keberadaannya dan mutlak untuk dipatuhi perintah Nya. Sebutan lain yang mengandung penegasan ini adalah Allah, Engkau, Dia, Nya, Ku, Mu. Misalnya dalam QS Al Fatikhah (1):1, dengan nama Allah ..dst; pada ayat 5, hanya kepada Engkaulah ..dst; dalam QS Al Baqarah (2):20, … niscaya Dia…dst; dalam QS Al Baqarah (2):28 terdapat lafadz kemudian kepada Nya …dst; dalam QS Al Baqarah (2):30, … sesungguhnya Akudst; dalam QS Al Baqarah (2):31, … sebutkanlah kepada Ku ...dst; dalam QS Al A`raf (7):126, … berserah diri kepada Mu….dst. Penulisan dalam penterjemahan ke berbagai bahasa, menggunakan huruf besar (Capital) pada huruf pertama; sedangkan dalam Bahasa Al Quran tidak dikenal huruf besar dan atau huruf kecil”; berhenti sejenak.
Kemudian diteruskan, “Sebutan lainnya, adalah Tuhan yang selalu ditulis menggunakan huruf besar pada awal kata; misalnya dalam QS Al Fatikhah (1):2, segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam; dalam QS Al Baqarah (2):5, ... petunjuk dari Tuhan mereka …dst; dalam QS An Naml (27):26,  Allah, tiada Tuhan (yang berhak disembah) kecuali Dia, Tuhan Yang mempunyai `Arsy yang besar. Makna Tuhan dalam ayat-ayat ini memberi penegasan, Allah س adalah Tuhan dari segala sesuatu yang dipertuhankan manusia. Penegasan ini untuk menidakkan pemikiran manusia pada masa dahulu, kini dan masa mendatang, yang percaya ada tuhan selain Dia yang disembah. Dalam penterjemahan Al Quran, jika ada sebutan tuhan yang ditulis dengan huruf t (huruf t Undercas atau t kecil), adalah untuk menyebut tuhan yang dipertuhankan manusia selain Allah س. Misalnya dalam QS Al An`am (6):56 terdapat firman, ….Sesungguhnya aku dilarang menyembah tuhan-tuhan …dst; dalam QS Al Isra’ (17):42, Katakanlah; Jikalau ada tuhan-tuhan di samping Nya, sebagaimana yang mereka katakan, ..dst; dalam QS Yasin (36):23, Mengapa aku akan menyembah tuhan-tuhan selain Nya, …dst; dalam QS Al Furqan (25):3, Kemudian mereka mengambil tuhan-tuhan selain daripada Nya (untuk disembah), yang tuhan-tuhan itu tidak menciptakan apapun, …dst”.
Seusai memberi penjelasan ini, Bahjedun menutup tausiah, disertai ucapaan hamdalah dan doa diakhiri ucapan salam; para taklim pun menjawab lirih, sesudah itu bak hilang ditelan kegelapan malam.

No comments:

Post a Comment